welcome to my blog...

Welcome to My Blog

Jumat, 15 November 2013

Kriteria Pemukiman yang Layak Huni

Permukiman kumuh merupakan hal yang membuat pemandangan kota menjadi kurang baik, terutama bagi kota-kota besar yang sedang mengalami perkembangan yang pesat. Permukiman yang tidak layak huni ini semakin meningkat karena angka perpindahan penduduk semakin meningkat. Terbentuknya pemukiman kumuh didasari atas adanya asumsi masyarakat yang menganggap hidup di kota-kota besar itu lebih menjanjikan. Pada kenyataannya mereka tersingkir dari asumsi mereka sendiri dan mencoba bertahan dengan menciptakan pemukiman yang terkesan kumuh dan kerap kali menimbulkan berbagai masalah. Diantaranya yaitu sampah dan banjir yang seakan terikat antara permasalah ini dengan keberadaan mereka. Dan kini permasalah itu menjadi semakin kompleks.

Pengaturan tata ruang kota yang baik setidaknya bisa mengurangi berbagai masalah pemukiman penduduk, sehingga permasalahan seperti di Jakarta tidak terjadi di kota lain. Setidaknya apa yang telah terjadi di Jakarta dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi setiap orang. Tidak khusus kepada Pemerintah saja, akan tetapi kepada para kaum Pemuda yang akan menjadi calon berikutnya.

Puslitbang Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah mengembangkan sebuah Aplikasi yang diberi nama Database Permukiman Padathuni Kumuh (berdasarkan temuan hasil litbang yang dilakukan pada tahun 2010-2011) tentang Pengkajian Penataan Kembali Permukiman Padathuni-kumuh (PHK) oleh Puslitbang Permukiman PU. Untuk melakukan identifikasi tipologi kawasan permukiman padathuni-kumuh, digunakan kriteria penentu yang telah mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi. Antara lain kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, layanan infrastruktur, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal.
Terkadang, suatu pemukiman tidak harus terlihat indah, megah, dan mewah jika hanya untuk dihuni. Rumah yang jika dilihat dengan sebelah mata terkesan kurang bagus diluar, terkadang menyimpan sejuta hal yang tak terduga. Jika anda melihat kehidupan masyarakat Aceh hanya dari sisi luar, anda akan begitu terkejut jika anda mengenal lebih dalam lagi. Dibalik kesederhanaan mereka itu, keadaan ekonomi mereka jauh lebih baik dan taraf hidup mereka jauh lebih tinggi. Jika dianalogikan dengan secarik uang kertas yang sudah lecek, bahkan warnanya sudah sedikit pudar, akan tetapi uang itu disimpan dengan rapi, orang akan tetap menggunakan dan menerimanya. Seperti itu lah masyarakat Indonesia. Kembali ke topik, dimana penilaian permukiman yang tidak harus terlihat indah, megah dan mewah, asalkan masih layak huni. Dan berikut akan saya jabarkan mengenai beberapa Kriteria Pemukiman yang Layak Huni;

1). Menciptakan sebuah kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau



Penghijauan di lingkungan permukiman akan meningkatkan kualitas kehidupan dengan produksi oksigennya yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, serta meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan kemudian menguap kembali, dengan demikian,
tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi  terhadap tanah longsor. Selain itu, lingkungan hijau dapat dijadikan sebagai sebuah sarana rekreasi kecil dan mampu menaikkan prestise daerah tersebut.

2). Menggunakan bahan yang alamiah
Bahan bangunan alam yang tradisional seperti batu alam, kayu, bambu, tanah liat, dan sebagainya tidak mengandung zat kimia yang mengganggu kesehatan. Lain halnya dengan bahan bangunan modern seperti tegel keramik, pipa plastik, cat-cat yang beraneka macam warnanya, perekat, dan sebagainya. Siapa yang mengetahui proses pembuatan dan campuran bahan mentahnya ?

3). Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan

Bangunan sebaiknya ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Pembentukan bangunan memanfaatkan segala sesuatu yang dapat menurunkan suhu dan perlindungan terhadap sinar panas matahari sehingga ruang di dalamnya menjadi nyaman. Selain itu, dengan memperhatikan ventilasi ini akan terjadi perputaran / pergantian udara di dalam bangunan.

4). Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan dan memajukan sistem bangunan kering

Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya, karena lapisan yang kedap air tidak ada. Kelembapan tanah yang naik juga mengakibatkan masalah pada lapisan dinding. Lapisan dengan cat dapat menimbulkan kesulitan yang mirip dengan plesteran dinding yang kedap air.

5). Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan


Bahan bangunan selalu membutuhkan sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan secara holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya penduduk dan ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah. Berhubungan dengan butir-butir di atas yang sudah diuraikan, maka para perencana harus bertanggungjawab terhadap kerusakan alam baik oleh kegiatan pembangunan maupun oleh penggunaan energi yang tidak dapat diperbarui.


Setiap perencanaan dan proses pembangunan itu sendiri tak luput dari perhatian dan peranan pemerintah. Seperti halnya peranan pemerintah Jakarta saat ini yang datang sebagai pencerah. Program-program yang ia rencanakan dan langsung direalisasikannya mampu menciptakan perubahan. Bukan hanya sekedar janji dan angan-angan belaka. Permasalahan banjir dan permukiman kumuh yang dinilai sebagai pasal utamanya, telah disulapnya dengan sedemikian rupa.
Seperti yang terjadi di pemukiman RT 014 RW 01 Tanah Tinggi I, Johar Baru, Jakarta Pusat. Yang dulunya merupakan kawasan permukiman kumuh yang tak layak huni, kini sudah berubah menjadi sederet rumah yang tertata rapi, asri, dan sejuk.


Sumber Rujukan;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar